Selasa, 08 Mei 2012

MAKALAH SOSIOLOGI PEDESAAN STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT JORONG III SUKU KECAMATAN CANDUANG KABUPATEN AGAM


                                                                        BAB I
                                               PENDAHULUAN          

1. 1 Latar Belakang
Stratifikasi Sosial adalah pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau Hirarkis, yang wujudnya adalah kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Sistem pelapisan tersebut merupakan ciri yang tetap dan umum. Soerjono Soekanto (1982) mengatakan bahwa barang siapa yang memiliki suatu yang berharga, misalnya tanah,uang,ternak dan sebagainya dengan jumlah yang sangat banyak dianggap oleh masyarakat berkedudukan dalam lapisan atas. Bagi mereka yang hanya memiliki sedikit sesuatu dan berharga tersebut dianggap tidak mempunyai kedudukan dalam masyarakat.
            Dalam hal ini, membahas mengenai stratifikasi sosial di Jorong III suku Kecamatan canduang Kabupaten agam.  Dimana pada masyarakat  jorong III suku yang 90 persen masyarakatnya adalah bermata pencaharian sebagai petani dan 10 persen nya adalah bekerja sebagai PNS, berdagang dan sebagainya. 
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang diangkat dalam karya tulis (sosiologi pedesaan) ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk stratifikasi di jorong III suku, kec. Canduang, kab. Agam?                              2. Apakah dasar dari pelapisan sosial di jorong III suku, kec. Canduang, kab, Agam?
      3. Apakah pengaruh adopsi inovasi di jorong III suku kec, canduang, kab.Agam?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah (sosiologi pedesaan) ini adalah sebagai berikut:
  1. Menjelaskan bentuk stratifikasi di jorong III suku, kec,canduang kab. Agam
  2. Menjelaskan dasar terbentuknya stratifikasi di jorong III suku, kec.canduang, kab. agam
  3. Menjelaskan pengaruh adobsi, inovasi di jorong III suku,kec, canduang, kab Agam.

 1.4 Manfaat
Dengan adanya penulisan makalah ini, penulis berharap makalah ini bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan pembacanya, juga bermanfaat bagi masyarakat baik masyarakat dari kalangan bawah maupun bagi kalangan atas, agar masyarakat dari kalangan atas juga tahu bagaimana bentuk stratifikasi yang ada di jorong III suku kec,canduang, kab. Agam. Sehingga terbentuk kehidupan yang harmonis tidak ada terjadi konflik antara masyakat kelas atas dengan masyarakat kelas bawah sehingga tercipta keteraturan sosial di dalam masyrakat jorong III suku, kec. Canduang Kab. Agam

1.5 Metodologi Penelitian

Untuk menunjang hasil observasi ini, penulis menggunakan beberapa metode seperti metode studi pustaka, wawancara, observasi dan investigasi.

1.5.1 Metode Studi Pustaka

Metode studi pustaka adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan (konsep dan teori) mengenai hal-hal yang dibahas dan berkaitan dengan isi penelitian yang menyangkut masalah referensi dalam pembuatan karya ini.

1.5.2 Metode Wawancara

Metode wawancara adalah metode yang dilakukan dengan mengadakan wawancara kepada narasumber, masyarakat maupun orang yang berhubungan dengan penelitian.

1.5.3  Metode Observasi

Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan terjun langsung lapangan atau objek penelitian.

1.5.4 Investigasi

Investigasi adalah suatu penelitian atau observasi yang dilakukan langsung oleh penulis bekerjasama dengan pihak-pihak yang berwenang terhadap objek-objek yang diteliti oleh penulis.
1.6 Landasan Teori
            Menurut Pitrim A. Sorokin stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas “secara bertingkat (hierarkis)” perwujudannya adalah kelas “tinggi dan kelas yang Lebih rendah”. Begitu halnya dengan stratifikasi sosial (lapisan sosial) pada masyarakat jorong III suku Kec. Canduang Kab. Agam, dimana terdapat pembedaan tingkatan dari berbagaisegi kehidupan dalam masyarakat seperti sistem kepemilikan teknologi, rumah, serta mata pencarian.



BAB II
Deskripsi Lokasi Penelitian
2.1 Deskripsi Lokasi
               Untuk mendapatkan data yang akurat, penulis melakukan observasi langsung ke lapangan dimana tempatnya yaitu di daerah Jorong III suku Kec.Canduang Kab. Agam, dimana batas wilayah Jorong III Suku, bagian Utara berbatasan dengan Kecamatan Baso, bagian selatan Berbatasan dengan Gunung Merapi dan kec. Banuhampu Sungai Puar, bagian Timur berbatasan dengan Kec. Baso dan Kab. Tanah datar, dan bagian Barat berbatasan dengan kota Bukittinggi dan Kec. Tilatang kamang.      
2.1.2 Ilustrasi Denah
BAB III
PEMBAHASAN

3.1                         Bentuk dan dasar terbentuknya stratifikasi di jorong III suku, kec. Canduang, kab. Agam
Adapun stratifikasi (pelapisan) yang terdapat di jorong III suku ini, dapat di lihat dari segi pendidikan, pekerjaan, kepemilikan tanah, peralatan maupun dari segi bangunan perumahan yang dimiliki oleh penduduk setempat. Menurut data yang diperoleh dari informan yaitu wali jorong III suku, yaitu Bapak Iwan Warasa menyatakan bahwa “ di jorong III suku terdapat 24 Kepala keluarga yang tergolong kepada keluarga miskin dari jumlah seluruh kepala keluarga di jorong ini yaitu, total jumlah 116 Kepala Keluarga. Selebihnya terdaftar 92 Kepala Keluarga yang tergolong penduduk atau keluarga menengah ke atas”.
Dilihat dari segi pendidikan, rata-rata penduduk jorong III suku ini tamatan SMA dan sederajat, namun di zaman sekarang para penduduk sudah menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke tingkat perguruan tinggi. Pada tahun 2007 di data sekitar 11 persen penduduk jorong III suku bekerja sebagai PNS, dan sisanya sebagai petani. Pada tahun 2010 yang bekerja sebagai PNS melonjak naik menjadi 25 persen. Pada zaman sekarang ini rata-rata sudah banyak yang melanjutkan sekolahnya, seperti halnya dari yang mendapatkan gelar D3 kemudian melanjutkan ke S1. Jadi di jorong III suku ini penduduknya lebih banyak mengutamakan pendidikan.
Dilihat dari segi pekerjaan, rata-rata penduduk jorong ini bermata pencarian sebagai Petani, seperti berladang dan bersawah, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan ada beberapa penduduk yang berprofesi sebagai guru maupun dosen dan ada pula yang memiliki profesi rangkap yaitu, sebagai Guru maupun Sebagai petani. Tetapi disini tidak hanya khusus bersawah saja, juga ada dari penduduk yang semula memiliki sawah, menjadi beternak seperti bertenak kerbau, itik, ayam dan kambing.  Selebihnya ada juga ibu-ibu rumah tangga yang membuka usaha kecil-kecilan  didepan rumah yang disebut Lapau atau Kedai, namun ada juga barang dagangannya yag dibawa kepasar seperti ke pasar Bukittinggi. Namun ada juga ibu rumah tangga yang membuka usaha sendiri dibidang kerajinan tangan yaitu menjahit, menyulam. Tetapi kerajinan tangan di jorong III suku ini kurang aktif dikarenakan mereka hanya membuat kerajinan tangan ketika ada pesanan dan barang yang dibuat hanya sesuai dengan pesanan saja.
Disini terdapat tingkat mata pencarian Penduduk :
-          PNS                                                                 Lapisan Atas
-          Petani sekaligus pemilik lahan tanah               Lapisan Menengah
-          Pegadagang / kerajinan tangan                       Lapisan Menengah
-          Penggarap lahan                                              Lapisan Bawah
Dilihat dari segi kepemilikan tanah khususnya di bidang pertanian. Terdapat penggolongan kepemilikan yaitu tanah Pusako Sikumbang, jambak, dan piliang. Selain itu terdapat sistem pembagian upah dari pemilki tanah ke penggarap. Di jorong ini penggarap umumnya bukan penduduk asli jorong III suku melainkan para pendatang misalnya, dari solok, tabek patah, batu taba. Menurut data yang diperoleh dari informan yaitu bapak Marzal (48) di jorong III suku ini terdapat dua pembagian dalam segi upah dan gaji untuk para penggarap. Dari segi tenaga pekerjaan atau penggarap ada yang mengerjakan sendiri atau individu atau memakai tenaga anggota kelompok utuk mengelola tanah, dan ada juga yang melalui sistem upah dngan memanfaatkan tenaga penggarap.
  1. Gaji harian dengan memakai tenaga kerbau, penggarap diberi upah sebesar Rp 60.000/ hari. Orang yang bekerja sebagai penggarap itu harus memiliki kerbau, karena di jorong III suku ini hewan ternak seperti kerbau tidak bisa untuk dipinjamkan kepada orang lain.
  2. Gaji tahunan atau sistem borongan, ada yang memakai mesin bajak, traktor dan tenaga kerbau, penggarap diberi gaji sebesar 10 persen dari hasil sawah. Misalnya, 40 sumpik padi dibagi 10 persen untuk para penggarap yaitu 4 sumpik.
Dilihat dari segi peralatan yang digunakan untuk membajak sawah misalnya, cangkul, bajak, tali bajak dengan kerbau dan sisir untuk penghalusan. Terdapat dua kelompok, ada yang memakai tenaga mesin ( traktor ) dan pakai tenaga kerbau, itu semua tergantung kepada permintaan kepemilikan tanah. Jumlah kelompok penggarap sawah yang didapat dari informan yaitu bapak Marzal (48) yang berprofesi sebagai petani yaitu sebanyak 9 orang perkelompok. Tenaga kerbau atau kerbau itu sendiri adalah kepunyaan dari penggarap, namun ada juga kerbau milik kelompok atau kaum.
Dilihat dari segi bangunan yang terdapat di jorong III suku ini adalah dapat dilihat dari segi perekonomian penduduk. Rumah penduduk di jorong III suku ini tidak ada yang dikatakan rumah yang terlalu miskin karena disetiap rumah rata-rata sudah memiliki satu kendaraan bermotor ditiap rumah. Dilihat dari bangunan rumah di jorong III suku ini terdapat dua kelompok bagian bangunan rumah:

  1. Bangunan rumah gadang kurang lebih terdapat 17 rumah
  2. Terdapat 99 rumah yang terbuat dari bangunan tembok
Adanya pencampuran dari penduduk asli dan pendatang baik itu dari sistem mata pencaharian maupun karena perkawinan.
-           Masuknya teknologi yaitu pemisah antara penduduk yang memakai peralatan bajak, memakai tenaga kerbau, umumnya golongan kebawah.
-          Penduduk yang menggunakan peralatan mesin traktor untuk membajak, biasanya petani golongan menengah keatas, yang memiliki profesi rangkap, PNS dan petani.
Berdasarkan kedudukan dalam adat terdapat angku, setelah itu datuak dan dibawahnya kaum. Di jorong III suku ini, terdpat tiga macam suku yaitu jambak, sikumbang, piliang, diantara III suku ini masyarakat ini hidup harmonis dan berdampingan. Di jorong III suku ini termasuk desa yang cukup mendapatkan bantuan, misalnya bantuan dari pemerintah seperti raskin.
            Masyarakat III suku ini memiliki kesatuan organisasi IPPCK ( ikatan pemuda pemudi canduang koto laweh ) dan organisai panji saiyo. Menurut data yang diperoleh dari bapak Ramli (58) dan Oki (35) yang salah satu anggota panji saiyo ini. Kelompok ini mencakup keperternakan ikan dan kelompok tani. Organisasi ini memiliki 10 orang dalam satu kelompok. organisasi ini baru terbentuk kurang lebih tiga minggu yang lalu sedangkan organisasi IPPCK ( ikatan pemuda pemudi canduang koto laweh ) yang didirikan oleh masyarakat asli canduang, yang pergi merantau misalnya, merantau kejakarta yang pulang kekampung halaman. Organisasi ini aktif disaat libur panjang atau memanfaatkan acara hari raya idul fitri, dan belum lama ini diadakan acara yaitu penanaman seribu pohon.
Bentuk stratifikasi di jorong III suku kecamatan canduang kabupaten Agam adalah Stratifikasi terbuka, dimana di jorong III suku ini masyarakat bisa saja naik strata dari strata yang rendah ke strata yang lebih tinggi tergantung kepada usaha dari orang tersebut dalam berusaha, sehingga strata yang ada pada masyarakat jorong III suku ini adalah terbuka. Usaha mereka memberikan mereka peluang untuk menjadi lebih tinggi kedudukanya, selain dengan usaha juga ada faktor keberuntungan dari individu tersebut. Apa bila keberuntungan dari individu tersebut untuk naik strata maka dia akan naik strata, seperti yang terjadi di jorong III suku ini, ada sebuah keluarga yang derajatnya terangkat karena anaknya yang sukses menjadi dosen dan ada juga yang jadi penguasaha di negri orang.
3.2                          Pengaruh adobsi, inovasi di jorong III suku,kec, canduang, kab Agam.
1.      Pengaruh adopsi dan inovasi terhadap masyarakat jorong III suku ini adalah dengan masuknya teknologi menyebabkan adanya stratifikasi diantara masyarakat yang mempunyai teknologi dengan yang tidak mempunyai teknologi.
2.      Dilihat dari segi kesehatan atau pemikiran mengenai tenaga kesehatan, masyarakat sekarang sudah menyeluruh memakai jasa bidan untuk berobat, melahirkan dibandingkan dengan tenaga dukun sehingga kesehatan masyarakat jorong III suku sudah baik.
3.      Banyaknya penduduk yang sudah memiliki kendaraan seperti motor, mobil, dan peralatan pertanian seperti traktor.

Di jorong III suku ini sudah memiliki lembaga kesehatan masyarakat yang bernama POLINDES ( poli bidan dan desa ). Menurut informan di Polindes tersebut yaitu bidan Hisli Harni (32) yang merupakan bidan di tempat itu. Di Polindes terdapat dua maccam bidang pelayanan kesehatan masyarakat yaitu Jamkesda (jaminan kesehatan daerah) dan Jamkesmas ( jaminan kesehatan masyarakat ). Menurut data dasar yang dikeluarkan oleh bidan Polindes terdapat kelas-kelas pembagian atau pemisah dalam penanganan kesehatan, yang dilihat dari segi umur. Yang dipisahkan yaitu bayi, balita, PUAS (pasangan usia subur), WAS (wanita usia subur), data tersebut diambil setiap awal tahun  
      Penduduk yang dilayani dibidang kesehatan di Polindes ini yaitu penduduk yang sudah menentap selama 6 bulan di jorong III suku ini, sehingga baru bisa dikeluarkan atau dimasukan kedalam data dasar Polindes ini. Dari segi pengobatan tidak ada pengelompokan ataupun pelapisan pelayanan yang dilakukan dari golongan kaya, sederhana, dan umum. Biaya yang dikenakan secara menyeluruh. Rata-rata penyakit yang di dderita masyarakat yaitu jenis penyakit hispa, maaq, demam, penyakit ringan seperti flu. Biaya yang dikenakan per orang dengan membeli karcis sevesar Rp.3500 yang merupakann ketentuan dari fasilitas Polindes.










BAB IV
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
            Dari data yang diperoleh di jorong III suku Kecamatan Canduang Kabupaten Agam stratifikasi yang dieproleh atau dapat dilihat dari segi  pendidikan, adat, pekerjaan, kepemilikan tanah, peralatan, maupun dari segi bangunan perumahan yang dimiliki oleh penduduk setempat. Adapun dasar terbentuknya pelapisan sosial di jorong III suku ini dengan adanya pencampuran dari penduduk asli dan pendatang, masuknya teknologi, penduduk yang menggunakan peralatan mesin traktor untuk membajak. Adanya pengaruh pelapisan sosial adopsi, inovasi di jorong III suku ini yang dapat dilihat dari segi kesehatan dan banyaknya penduduk yang sudah memiliki kendaraan
B.     SARAN

      Berdasarkan makalah yang kami buat, mungkin tidak lah semuanya sempurna. Maka dari itu kami menyarankan, kalau seandainya penulisan isi ada yang salah mohon di beri kritikan atau saran kepada kami, agar untuk berikutnya bisa kami ubah. Selain itu, kami berharap semoga apa yang kami tulis di makalah ini dapat memberikan tambahan khasanah ilmu pengetahuan bagi kita semua, tidak hanya untuk kami sebagai si peneliti, tetapi juga bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.


DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, Soerjono. 2009. SosiologiSuatuPengantar. Jakarta: Rajawali Press.



















LAMPIRAN
A.   Pedoman wawancara
1.      Pertanyaan yang diajukan kepada wali jorong :
a.       Berapa jumlah penduduk di jorong III suku ini pak?
b.      Apa saja pekerjaan penduduk di jorong III suku ini?
c.       Bagaimana kedudukan masyarakat jorong III suku berdasarkan adatnya pak?
d.      Bagaimana kedudukan masyarakat berdasarkan kepemilikan lahan pak?
e.       Baggaimana pendidikan masyarakat di jorong III suku ini pak
f.       Apakah ada penduduk pendatang di daerah ini pak ,lantas apakah ada konflik antara penduduk pendatang dan pribumi?
g.      Apakah ada terjadi konflik anatara warga yang berlainan kelas?
2.      Pertanyaan yang di ajukan kepada seorang bidan di Polindes :
a.       Bagaimana kesehatan masyarakat di jorong III suku ini buk?
b.      Apakah alat-alat kesehatan disini sudah mencukupi?
c.        Apakah ada pembedaa pengobatan antara orang kaya dan miskin buk?
d.      Bagaimana sistem pelayanan kesehatan disini buk?
e.       Apa dampak kepada masyarakat setelah adanya inovasi dalam kesehatan ini buk?
3.      Pertanyaan kepada seorang warga yang berprofesi sebagai petani :
a.       Apakah pekerjaan yang bapak tekuni sekarang?
b.      Bagaimana sistem pertanian disini pak?
c.       Apa pengaruh dari adopsi dan inovasi di bidang pertanian disini pak?
d.      Apakah pernah terjadi konflik antar petani pak?
e.       Barapa buah kelompok tani disini pak dan bagaimana prosedur kerja dari masing-masing kelompok tani tersebut?
4.      Pertanyaan pada seorang warga sekaligus anggota kelompok tani :
a.       Berapa buah kelompok tani disini pak?
b.      Masing-masing kelompok tani apakah ada perbedaan ngak dalam sistem kerjanya?
c.       Kan ada usaha bersama bagaimana sistem pembagian  hasilnya pak?
d.      Apa dampak kepada masyarakat dengan adanya kelompok tani ini pak?
e.       Apakah ada konflik antara petani dengan penduduk yg berprofesi sebagai PNS?
B.   Data informan
                                                 
Nama             : Irawan Warosa                Nama        : Oki
Umur             : 48 tahun                               Umur        :35 tahun
Pekerjaan      :   Wali jorong                    Pekerjaan : Petani
                                               
Nama                 : Hisli harni                                       Nama           : Marzal
Umur         :         32 tahun                                Umur            : 48 tahun
Pekerjaan :  Bidan                                     Pekerjaan     : Petani

C.   Lampiran foto
ANGGOTA KELOMPOK
 
BANGUNAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
 
BANGUNAN SEKOLAH DASAR
 
BANGUNAN RUMAH PENDUDUK


 
PEKERJAAN IBU RUMAH TANGGA
  
PEKERJAAN PENDUDUK JORONG III SUKU
  
PERALATAN PERTANIAN
    
                                                PELAKSANAAN PENELITIAN